Serunya Wisatawan Makan Bareng Ala Sasak di Gili Trawangan |
Ratusan wisatawan mancanegara berkerumun di Sunset Point Gili Trawangan Lombok, Nusa Tenggara Barat, Sabtu siang 23 Maret 2019. Mereka duduk bersila menghadapi Dulang Pesaji atau nampan berisi makanan khas Lombok sebagai acara makan bersama tradisi suku Sasak di Lombok.
Inilah acara makan bersama ala etnis Sasak Lombok yang diadakan para pelaku usaha pariwisata di Gili Trawangan. Ketua Panitia Penyelenggara Gili Megibung (makan bersama) Lalu Kusnawan mengatakan ingin memberikan pengalaman baru kepada wisatawan. "Kami ingin menampilkan atraksi yang mungkin belum pernah diikuti di tempat lain," kata Kusnawan kepada Tempo.
Acara Gili Megibung ini diikuti 250-an wisatawan asing yang membeli tiket masing-masing Rp 200 ribu. Gili Megibung dimulai dari prosesi arak-arakan dari arah timur Gili Trawangan menuju Sunset Point di bagian utara pulau wisata tersebut.
Sejumlah ran (juru masak laki-laki orang Sasak) menyerahkan hasil masakannya kepada penyelenggara. Megibung ini biasanya dilakukan pada penyelenggaraan kegiatan perkawinan. Selanjutnya dilakukan prosesi Njukutin atau mengisi Dulang dengan lauk pauknya. Kemudian dijejerkan.
Tempat duduk perempuan terpisah dengan laki-laki, makan langsung menggunakan tangan, dan menunggu dimulai Gili Megibung oleh tetua adat. "Aturan mainnya, harus cuci tangan sebelum dan sesudah makan didahului tetua adat," ujar Kusnawan yang juga general manager hotel di Gili Trawangan.Satu Dulang disajikan untuk 3 sampai 4 orang. Setiap dulang menggunakan alas daun pisang dan enau. Untuk minumnya tidak menggunakan gelas tetapi ceret tanah liat. Setiap dulang berisi beraneka menu lauk dan sayur lokal seperti Lawar Daging (Oseng-Oseng daging yang dicacah dibumbuin Belimbing), Sate Ikan Tanjung, sayur Ares yang terbuat dari batang pisang, kuah Lebui atau Kedelai Hitam, ada juga kue Cerorot dan Nagasari.
Juru bicara penyelenggara Gili Megibung, Rospati Dening Ayu mengatakan kegiatan ini diadakan untuk menampilkan sesuatu yang baru bagi wisatawan. "Semoga bisa menjadi daya tarik tersendiri saat musim sepi wisatawan ini," ucap Dening Ayu.
Dua wisatawAn asal Inggris, Charles dan Anna tampak antusias mengikuti kegiatan ini meskipun berbayar. Kendati sudah lima kali berkunjung ke Gili Trawangan, baru kali ini mereka mengikuti acara seperti ini. "Ini sangat bagus sekali. Saya akan kembali lagi," katanya.
Inilah acara makan bersama ala etnis Sasak Lombok yang diadakan para pelaku usaha pariwisata di Gili Trawangan. Ketua Panitia Penyelenggara Gili Megibung (makan bersama) Lalu Kusnawan mengatakan ingin memberikan pengalaman baru kepada wisatawan. "Kami ingin menampilkan atraksi yang mungkin belum pernah diikuti di tempat lain," kata Kusnawan kepada Tempo.
Acara Gili Megibung ini diikuti 250-an wisatawan asing yang membeli tiket masing-masing Rp 200 ribu. Gili Megibung dimulai dari prosesi arak-arakan dari arah timur Gili Trawangan menuju Sunset Point di bagian utara pulau wisata tersebut.
Sejumlah ran (juru masak laki-laki orang Sasak) menyerahkan hasil masakannya kepada penyelenggara. Megibung ini biasanya dilakukan pada penyelenggaraan kegiatan perkawinan. Selanjutnya dilakukan prosesi Njukutin atau mengisi Dulang dengan lauk pauknya. Kemudian dijejerkan.
Tempat duduk perempuan terpisah dengan laki-laki, makan langsung menggunakan tangan, dan menunggu dimulai Gili Megibung oleh tetua adat. "Aturan mainnya, harus cuci tangan sebelum dan sesudah makan didahului tetua adat," ujar Kusnawan yang juga general manager hotel di Gili Trawangan.Satu Dulang disajikan untuk 3 sampai 4 orang. Setiap dulang menggunakan alas daun pisang dan enau. Untuk minumnya tidak menggunakan gelas tetapi ceret tanah liat. Setiap dulang berisi beraneka menu lauk dan sayur lokal seperti Lawar Daging (Oseng-Oseng daging yang dicacah dibumbuin Belimbing), Sate Ikan Tanjung, sayur Ares yang terbuat dari batang pisang, kuah Lebui atau Kedelai Hitam, ada juga kue Cerorot dan Nagasari.
Juru bicara penyelenggara Gili Megibung, Rospati Dening Ayu mengatakan kegiatan ini diadakan untuk menampilkan sesuatu yang baru bagi wisatawan. "Semoga bisa menjadi daya tarik tersendiri saat musim sepi wisatawan ini," ucap Dening Ayu.
Dua wisatawAn asal Inggris, Charles dan Anna tampak antusias mengikuti kegiatan ini meskipun berbayar. Kendati sudah lima kali berkunjung ke Gili Trawangan, baru kali ini mereka mengikuti acara seperti ini. "Ini sangat bagus sekali. Saya akan kembali lagi," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar