BERITA KOCIK - Presiden Filipina Rodrigo Duterte baru empat hari dilantik. Namun, Duterte sudah memenuhi janjinya untuk memerangi penjahat narkoba.Kepolisian Filipina mengatakan, sebanyak 30 pengedar narkoba telah tewas sejak Rodrigo Duterte dilantik sebagai presiden Filipina pada Kamis, 30 Juni 2016. Selain menewaskan pengedar, polisi juga mengumumkan penyitaan narkotika senilai hampir US$20 juta.
Oscar Albayalde, kepala polisi untuk wilayah Manila, mengatakan, lima pengedar narkoba tewas Minggu, 3 Juli 2016, dalam baku tembak dengan polisi di sebuah kota kumuh di dekat sebuah masjid, dekat Istana Presiden.
"Petugas kami hendak mengantarkan surat perintah penangkapan ketika tembakan terdengar dari salah satu rumah," kata Albayalde, seperti dikutip dari Reuters, Senin, 4 Juli 2016.
Albayalde lalu mengatakan polisi membalas tembakan tersebut dan menewaskan lima orang. Dari hasil penyergapan itu, polisi berhasil menyita empat senjata dan 200 gram sabu kristal. Tiga orang lainnya tewas di wilayah lain di Manila pada Minggu, 3 Juli 2016, dan 22 tewas dalam empat area lain di luar ibu kota.
Sejak 9 Mei 2016, polisi anti-kejahatan Filipina melangkah pasti dengan dukungan Presiden Filipina terpilih, Rodrigo Duterte. Sejak itu, lebih dari 100 orang tewas, sebagian besar diduga pengedar narkoba, pemerkosa, dan pencuri mobil.
Duterte memenangi pemilu pada Mei 2016, dengan platform menghancurkan kejahatan. Namun, kalimat-kalimatnya yang nyeleneh dan proses penyelesaian yang non pengadilan menimbulkan kekhawatiran dari para penguasa masa lalu.
Meski berhasil, aksi perang ini menimbulkan kemarahan dari kalangan pengacara. Edre Olalia, Sekjen Ikatan Nasional Pengacara Rakyat Filipina, mengatakan, pembunuhan harus dihentikan.
"Ancaman narkoba harus berhenti. Namun, eksekusi berulang atas dugaan pengguna atau pengedar narkoba juga harus dihentikan. Keduanya tidak kompatibel," tulis mereka dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, Kepala Polisi Ronald dela Rosa di utara pulau utama Luzon, petugas pengawas obat dan narkotika, berhasil menyita pengiriman 180 kilogram sabu, dengan nilai sekitar US$19,23 juta. Obat tersebut diduga diselundupkan dari China dan Taiwan.
Pengiriman itu diturunkan di laut dan dibawa ke pantai oleh kapal nelayan kecil dan akhirnya dibawa ke wilayah pecinan di Manila.
Pada Minggu, 3 Juli 2016, para pemberontak Tentara Rakyat Baru yang dipimpin Maois mengeluarkan pernyataan yang mendukung perang habis-habisan Duterte terhadap obat. Kelompok ini mengatakan, kemungkinan melakukan operasi sendiri terhadap tentara, polisi, dan pejabat setempat.