Harus Sama Sama Mau, Ini Dampak jika Suami Paksa Istri Berhubungan |
Nama Wasekjen MUI, Tengku Zulkarnain tengah menjadi buah bibir masyarakat lantaran pernyataannya yang kontroversial dalam siaran televisi swasta INews, yang sedang membahas mengenai Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS). Dalam perdebatannya dengan Jumisih, Ketua Federasi Buruh Lintas Pabrik, Tengku Zul berpendapat bahwa melakukan hubungan intim antara sepasang suami istri tidak perlu mood, dan suami boleh memaksa istrinya berhubungan intim.Tapi, benarkah demikian? Ternyata, hubungan intim yang dipaksakan bisa memberi dampak negatif bagi kesehatan fisik dan mental seseorang lho. Simak penjelasan lebih lanjut di sini.
K.G Santhya bersama empat orang rekannya pernah melakukan sebuah penelitian yang diberi judul “Consent and Coercion: Examining Unwanted Sex Among Married Young Women in India”. Penelitian tersebut menggunakan metode survey dan wawancara mendalam yang melibatkan 1.664 wanita muda yang sudah menikah di Gujarat dan Benggala Barat India. Ternyata, ditemukan hasil bahwa sebanyak 12 persen wanita yang sudah menikah sering melakukan hubungan intim yang tidak diinginkan, sedangkan 32 persen mengalami kondisi tersebut sesekali.
Kebanyakan hubungan seks yang tidak diinginkan tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi pasangan yang belum memiliki anak, pendidikan yang rendah, dan adanya norma yang membenarkan pemukulan istri.Selain itu, berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan oleh Santhya dan kawan-kawannya terhadap 69 wanita, juga ditemukan hasil bahwa para perempuan tersebut memilih untuk tidak melakukan hubungan intim saat mereka sedang tidak menginginkannya. Sebanyak 4 dari 5 respondennya memilih untuk berkata tidak ke sang suami ketika mereka tidak ingin berhubungan intim.Alasan mereka tidak ingin berhubungan intim bermacam-macam, misalnya karena sedang lelah, dalam masa menstruasi, bahkan hanya semata karena mereka memang sedang tidak mood untuk berhubungan intim.
Tapi, tentunya tidak semua pria mau menerima kondisi tersebut. Dari hasil penelitian, tidak sedikit wanita yang menceritakan pengalaman mereka dipaksa untuk memenuhi hasrat seksual suaminya.
Santhya dan kawan-kawannya, kemudian melakukan wawancara lebih lanjut untuk mengetahui pengalaman para wanita ketika melakukan hubungan intim saat mereka tidak menginginkannya. Ternyata, para wanita tersebut mengemukakan bahwa hubungan intim yang tidak diinginkan itu akan menimbulkan rasa sakit pada Miss V.
Seorang wanita bahkan mengatakan, setelah dipaksa suaminya untuk berhubungan intim, ia kerap merasakan sensasi terbakar saat buang air kecil dan juga sakit kepala. Tapi, sayangnya, ketika ia menyampaikan alasan penolakannya tersebut ke sang suami, suaminya justru marah. Itulah sebabnya sang responden terpaksa tetap menuruti hasrat seksual suaminya.
Enggak sedikit juga wanita yang mengaku bahwa mereka mengalami kekerasan ketika menolak berhubungan intim dengan suami mereka. Didapati sebanyak 13 dari 25 wanita yang enggan berhubungan intim mengalami kekerasan fisik dan psikis. Ada wanita yang dipukul suaminya karena menolak berhubungan intim. Tapi, yang paling sering terjadi adalah kekerasan psikis di mana mereka harus bertengkar dengan pasangannya, bahkan sampai sang suami minggat dari rumah.Melakukan seks yang tidak diinginkan tak hanya memberi dampak pada kondisi psikologis korbannya saja, namun juga pada kesehatan fisiknya. Margaret J. Blythe bersama empat rekannya melakukan sebuah studi yang diberi judul “Incidence and Correlate of Unwanted Sex in Relationship of Middle and Late Adolescent Women”.
Tujuan penelitian yang melibatkan 279 orang remaja wanita tersebut adalah untuk mengetahui risiko kesehatan dari seks yang tidak diinginkan. Blythe dan kawan-kawannya menemukan bahwa ternyata seks yang tidak diinginkan sudah merupakan fenomena yang umum terjadi dan itu dilakukan oleh pasangan mereka sendiri. Banyak responden dalam studi tersebut mengaku mereka mengalami tekanan secara psikis jika tidak mengabulkan permintaan pasangannya.
Sedangkan dampak seks tidak diinginkan bagi kesehatan fisik adalah meningkatnya risiko terkena infeksi organ intim. Ini berarti seks yang tidak dikehendaki bisa berdampak buruk bagi kesehatan organ reproduksi.
Shervin Assari, seorang asisten profesor psikiatri dan kesehatan publik dari University of Michigan, mengungkapkan dalam artikel yang ia tulis di The Conversation, bahwa seks yang baik akan mendatangkan kebahagiaan bagi pasangan. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh tim lainnya, pasangan yang bisa mengalami orgasme yang menyenangkan dianggap sebagai pasangan yang lebih berbahagia. Sebaliknya, kualitas seks yang buruk atau seks yang dipaksakan justru akan memicu timbulnya perasaan depresi, terutama pada wanita.
Tips Menolak Permintaan Seks dari Pasangan
Banyak orang khawatir jika mereka menolak berhubungan intim, maka akan memicu perdebatan dengan pasangan. Mereka malas mengalami hal tersebut. Itulah sebabnya mereka memilih untuk tetap melayani permintaan seks dari pasangannya.
Padahal, menurut Grant Hilary Brenner, penulis artikel “3 Ways of Saying ‘No’ to Unwanted Sex”, tidak ada salahnya menolak hubungan intim dengan pasangan. Kuncinya adalah komunikasikan alasan penolakan kamu, bukan hanya saat pasangan mengutarakan keinginannya, namun juga saat diskusi santai. Selain itu, kamu juga perlu memaparkan risiko-risiko kesehatan reproduksi dan mental yang bisa terjadi jika dipaksa berhubungan intim.
Jika kamu mengalami stres atau depresi akibat adanya masalah seksual dengan pasangan, jangan ragu untuk menggunakan aplikasi Halodoc. Psikolog yang ahli dan tepercaya dari Halodoc siap membantumu melalui Video/Voice Call dan Chat kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.
K.G Santhya bersama empat orang rekannya pernah melakukan sebuah penelitian yang diberi judul “Consent and Coercion: Examining Unwanted Sex Among Married Young Women in India”. Penelitian tersebut menggunakan metode survey dan wawancara mendalam yang melibatkan 1.664 wanita muda yang sudah menikah di Gujarat dan Benggala Barat India. Ternyata, ditemukan hasil bahwa sebanyak 12 persen wanita yang sudah menikah sering melakukan hubungan intim yang tidak diinginkan, sedangkan 32 persen mengalami kondisi tersebut sesekali.
Kebanyakan hubungan seks yang tidak diinginkan tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi pasangan yang belum memiliki anak, pendidikan yang rendah, dan adanya norma yang membenarkan pemukulan istri.Selain itu, berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan oleh Santhya dan kawan-kawannya terhadap 69 wanita, juga ditemukan hasil bahwa para perempuan tersebut memilih untuk tidak melakukan hubungan intim saat mereka sedang tidak menginginkannya. Sebanyak 4 dari 5 respondennya memilih untuk berkata tidak ke sang suami ketika mereka tidak ingin berhubungan intim.Alasan mereka tidak ingin berhubungan intim bermacam-macam, misalnya karena sedang lelah, dalam masa menstruasi, bahkan hanya semata karena mereka memang sedang tidak mood untuk berhubungan intim.
Tapi, tentunya tidak semua pria mau menerima kondisi tersebut. Dari hasil penelitian, tidak sedikit wanita yang menceritakan pengalaman mereka dipaksa untuk memenuhi hasrat seksual suaminya.
Santhya dan kawan-kawannya, kemudian melakukan wawancara lebih lanjut untuk mengetahui pengalaman para wanita ketika melakukan hubungan intim saat mereka tidak menginginkannya. Ternyata, para wanita tersebut mengemukakan bahwa hubungan intim yang tidak diinginkan itu akan menimbulkan rasa sakit pada Miss V.
Seorang wanita bahkan mengatakan, setelah dipaksa suaminya untuk berhubungan intim, ia kerap merasakan sensasi terbakar saat buang air kecil dan juga sakit kepala. Tapi, sayangnya, ketika ia menyampaikan alasan penolakannya tersebut ke sang suami, suaminya justru marah. Itulah sebabnya sang responden terpaksa tetap menuruti hasrat seksual suaminya.
Enggak sedikit juga wanita yang mengaku bahwa mereka mengalami kekerasan ketika menolak berhubungan intim dengan suami mereka. Didapati sebanyak 13 dari 25 wanita yang enggan berhubungan intim mengalami kekerasan fisik dan psikis. Ada wanita yang dipukul suaminya karena menolak berhubungan intim. Tapi, yang paling sering terjadi adalah kekerasan psikis di mana mereka harus bertengkar dengan pasangannya, bahkan sampai sang suami minggat dari rumah.Melakukan seks yang tidak diinginkan tak hanya memberi dampak pada kondisi psikologis korbannya saja, namun juga pada kesehatan fisiknya. Margaret J. Blythe bersama empat rekannya melakukan sebuah studi yang diberi judul “Incidence and Correlate of Unwanted Sex in Relationship of Middle and Late Adolescent Women”.
Tujuan penelitian yang melibatkan 279 orang remaja wanita tersebut adalah untuk mengetahui risiko kesehatan dari seks yang tidak diinginkan. Blythe dan kawan-kawannya menemukan bahwa ternyata seks yang tidak diinginkan sudah merupakan fenomena yang umum terjadi dan itu dilakukan oleh pasangan mereka sendiri. Banyak responden dalam studi tersebut mengaku mereka mengalami tekanan secara psikis jika tidak mengabulkan permintaan pasangannya.
Sedangkan dampak seks tidak diinginkan bagi kesehatan fisik adalah meningkatnya risiko terkena infeksi organ intim. Ini berarti seks yang tidak dikehendaki bisa berdampak buruk bagi kesehatan organ reproduksi.
Shervin Assari, seorang asisten profesor psikiatri dan kesehatan publik dari University of Michigan, mengungkapkan dalam artikel yang ia tulis di The Conversation, bahwa seks yang baik akan mendatangkan kebahagiaan bagi pasangan. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh tim lainnya, pasangan yang bisa mengalami orgasme yang menyenangkan dianggap sebagai pasangan yang lebih berbahagia. Sebaliknya, kualitas seks yang buruk atau seks yang dipaksakan justru akan memicu timbulnya perasaan depresi, terutama pada wanita.
Tips Menolak Permintaan Seks dari Pasangan
Banyak orang khawatir jika mereka menolak berhubungan intim, maka akan memicu perdebatan dengan pasangan. Mereka malas mengalami hal tersebut. Itulah sebabnya mereka memilih untuk tetap melayani permintaan seks dari pasangannya.
Padahal, menurut Grant Hilary Brenner, penulis artikel “3 Ways of Saying ‘No’ to Unwanted Sex”, tidak ada salahnya menolak hubungan intim dengan pasangan. Kuncinya adalah komunikasikan alasan penolakan kamu, bukan hanya saat pasangan mengutarakan keinginannya, namun juga saat diskusi santai. Selain itu, kamu juga perlu memaparkan risiko-risiko kesehatan reproduksi dan mental yang bisa terjadi jika dipaksa berhubungan intim.
Jika kamu mengalami stres atau depresi akibat adanya masalah seksual dengan pasangan, jangan ragu untuk menggunakan aplikasi Halodoc. Psikolog yang ahli dan tepercaya dari Halodoc siap membantumu melalui Video/Voice Call dan Chat kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.