Penyebab Lelaki Stres Setelah Berhubungan Intim Dengan Pasangan
Pria acap kali kali dianggap mempunyai gairah seksual yang besar, selalu mau terkait intim, dan lebih merasakan kesibukan seksual dibandingi wanita. Padahal, pria juga dapat mengalami stres sesudah terkait intim atau post-coital dysphoria. Alih-alih merasa bersuka ria, relasi intim justru memunculkan emosional negatif yang membekas. Post-coital dysphoria (PCD) ditandai dengan timbulnya perasaan sedih, stres, frustrasi, atau bahkan depresi berakhir terkait intim. Situasi ini dapat terjadi sekalipun Anda menjalankan relasi intim bersama pasangan dengan persetujuan (consent).
Relasi intim memang dapat membuat seseorang menjadi emosional, tetapi banyak orang menganggap hal ini hanya terjadi pada wanita. Pria dianggap selalu merasakan seks sehingga tidak banyak yang menyadari bahwa mereka bahkan dapat mengalami PCD. Sejumlah peneliti di Queensland University of Technology, Australia, menjalankan survei yang melibatkan lebih dari 1.200 pria dari sejumlah negara. Survei ini bertujuan untuk mengenal persentase pria yang mengalami PCD dengan mengukur gejalanya, seperti munculnya rasa sedih, tidak puas, terganggu, dan stres sesudah terkait intim.
Penyebab post-coital dysphoria belum dikenal secara pasti, mengingat belum banyak penelitian yang membahas perihal fenomena ini. Kendati demikian, para ahli mengira PCD terkait dengan perubahan hormon, situasi emosional, dan stigma perihal seks.
1. Perubahan hormon
Sebagian ahli mengira bahwa PCD mungkin terkait dengan meningkatnya hormon dopamin, oksitosin, dan endorfin saat menjalankan kesibukan seksual. Ketiganya merupakan hormon yang memberikan rasa rileks dan mengurangi stres sesudah terkait intim. Untuk mengimbangi dopamin, oksitosin, dan endorfin yang tinggi, tubuh memproduksi hormon prolaktin. Meningkatnya prolaktin membuat ketiga hormon tersebut menurun secara drastis. Hasilnya, Anda merasakan emosional negatif yang menjadi awal dari PCD.
2. Situasi emosional dan trauma
Sekiranya Anda pernah mengalami trauma terkait relasi seks, kesibukan ini mungkin dapat memunculkan emosional negatif di kemudian hari. Relasi seks yang mesti memunculkan perasaan bagus, justru akan mengingatkan Anda pada trauma. Kecuali trauma, pengalaman buruk atau memalukan terkait seks juga dapat menyebabkan stres sesudah terkait intim. Terapi dengan psikolog akan menolong Anda dalam menggali akar masalahnya sehingga kesibukan seksual tidak lagi tampak menakutkan.
3. Stigma negatif perihal seks
Seks merupakan komponen yang normal dalam relasi asmara. Tapi, tidak sedikit orang yang mengukur seks tabu karena lingkungannya mengajarkan demikian. Mereka hasilnya menganggap relasi intim sebagai sesuatu yang dekil dan memalukan. Stigma seperti ini sangat susah dihilangkan, bahkan saat seorang pria sudah dewasa dan berusaha tidak memercayainya. Dampaknya|}, relasi intim bahkan memunculkan emosional negatif dan perasaan bersalah.
Stres sesudah terkait intim tidak hanya terjadi pada wanita, tetapi juga pria. Situasi ini bahkan cukup awam terjadi pada pria, hanya saja tidak banyak terungkap karena pria lebih jarang mengutarakan perasaannya dibandingi wanita. Emosi yang Anda natural sebetulnya tidak perlu ditangani secara serius selama tidak menurunkan kwalitas relasi seksual secara keseluruhan. Tapi, apabila Anda mulai terganggu, cobalah berkonsultasi dengan psikolog untuk memastikan solusinya.
0 komentar:
Posting Komentar