JK Sebut Pengelolaan Anggaran Buruk 'Penyakit' Pertumbuhan |
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyebutkan salah satu penyebab utama penghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga tertinggal dari negara tetangga. Penyakit berkaitan dengan pemanfaatan anggaran belanja negara.JK menilai pemanfaatan anggaran belanja selama ini buruk sehingga tidak efektif dalam mendorong pertumbuhan. "Pertanyaannya adalah, kenapa kita dalam pertumbuhan kalah dengan negara sekitar, Thailand pertumbuhannya lebih tinggi, Filipina lebih tinggi. Salah satunya adalah bagaimana efektivitas anggaran itu lebih baik, tingkat persaingannya seperti itu," katanya di Hotel Bidakara, Kamis (21/3).
Ia mengatakan anggaran belanja yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tiap tahunnya sebenarnya sudah bertujuan untuk pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Belanja negara setiap tahun juga mengalami peningkatan.Bahkan, dalam sepuluh tahun terakhir jumlah belanja meningkat hingga dua kali lipat. Pada 2010, belanja masih sebesar Rp1.126 triliun. Sedangkan tahun ini, pemerintah mengalokasikan belanja negara sebesar Rp2.462,3 triliun.
Agar efektifitas belanja bisa diperbaiki, ia meminta agar lembaga maupun institusi pengawas tidak hanya sekadar mengawasi penggunaan anggaran tersebut. Lebih dari itu, mereka juga harus memastikan bahwa penggunaan anggaran tersebut sesuai dengan tujuan pembangunan.
JK bilang Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengawasan yang berlapis baik dari sisi internal oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) maupun eksternal oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). "BPKP, Pengawas Keuangan dan Pembangunan, jadi bukan hanya keuangannya tapi apa yang dicapai dalam pembangunan itu diselesaikan. Uangnya keluar tapi pembangunannya tidak muncul. Apakah benar tujuannya benar atau tidak, ini tentu menjadi bagian cara kita mengawasi, " katanya.
Di antara negara Asia Tenggara, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat dalam posisi moderat dibandingkan negara lainnya. Tahun 2018, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,17 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia ini tertinggal dengan Vietnam sebesar 7,08 persen, Myanmar sebesar 6,6 persen (prediksi), Filipina sebesar 6,2 persen, Laos sebesar 6,5 persen (prediksi), dan Kamboja sebesar 7,3 persen (prediksi). Beberapa negara di Asia Tenggara yang pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan Indonesia antara lain, Singapura sebesar 2,2 persen, Malaysia sebesar 4,9 persen (prediksi), dan Thailand sebesar 4,2 persen (prediksi).
Ia mengatakan anggaran belanja yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tiap tahunnya sebenarnya sudah bertujuan untuk pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Belanja negara setiap tahun juga mengalami peningkatan.Bahkan, dalam sepuluh tahun terakhir jumlah belanja meningkat hingga dua kali lipat. Pada 2010, belanja masih sebesar Rp1.126 triliun. Sedangkan tahun ini, pemerintah mengalokasikan belanja negara sebesar Rp2.462,3 triliun.
Agar efektifitas belanja bisa diperbaiki, ia meminta agar lembaga maupun institusi pengawas tidak hanya sekadar mengawasi penggunaan anggaran tersebut. Lebih dari itu, mereka juga harus memastikan bahwa penggunaan anggaran tersebut sesuai dengan tujuan pembangunan.
JK bilang Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengawasan yang berlapis baik dari sisi internal oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) maupun eksternal oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). "BPKP, Pengawas Keuangan dan Pembangunan, jadi bukan hanya keuangannya tapi apa yang dicapai dalam pembangunan itu diselesaikan. Uangnya keluar tapi pembangunannya tidak muncul. Apakah benar tujuannya benar atau tidak, ini tentu menjadi bagian cara kita mengawasi, " katanya.
Di antara negara Asia Tenggara, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat dalam posisi moderat dibandingkan negara lainnya. Tahun 2018, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,17 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia ini tertinggal dengan Vietnam sebesar 7,08 persen, Myanmar sebesar 6,6 persen (prediksi), Filipina sebesar 6,2 persen, Laos sebesar 6,5 persen (prediksi), dan Kamboja sebesar 7,3 persen (prediksi). Beberapa negara di Asia Tenggara yang pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan Indonesia antara lain, Singapura sebesar 2,2 persen, Malaysia sebesar 4,9 persen (prediksi), dan Thailand sebesar 4,2 persen (prediksi).
0 komentar:
Posting Komentar