ISIS Klaim Serangan Bom yang Guncang Katedral di Filipina |
Kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah ( ISIS) mengklaim sebagai pelaku peledakan dua bom yang menyerang sebuah katedral di Filipina selatan. Laporan AFP, Minggu (27/1/2019), menyebutkan sebanyak 18 orang dinyatakan tewas dalam serangan bom tersebut dan 83 orang lainnya mengalami luka-luka. Di antara para korban, terdapat lima tentara, seorang angota penjaga pantai, dan 12 warga sipil.
Ledakan pertama menghancurkan bangku-bangku, memecahkan jendela, dan meninggalkan jenazah korban di gereja Katolik yang terletak di Jolo itu. Menurut SITE Intelligence Group, ISIS melalui pengumuman resmi mengklaim serangan tersebut dilakukan oleh dua pelaku bom bunuh diri. Namun, laporan militer Filipina menyatakan bom kedua ditinggalkan di kotak utilitas pada sepeda motor di area parkir luar gereja. "Kami akan mengejar pelaku kejam di balik kejahatan pengecut ini sampai ke ujung bumi," kata juru bicara kepresidenan Salvador Panelo. "Hukum tidak akan memberi mereka belas kasihan," imbuhnya.
Tragedi ini disebut sebagai serangan bom paling mematikan yan melanda Filipina selatan, yang menghadapi pemberontakan selama bertahun-tahun. Kelompok pemberontak di wilayah itu masih menjadi ancaman meski ada langkah baru menuju perdamaian. Insiden ledakan terjadi kurang dari sepekan usai persetujuan untuk memadamkan kekerasan separatis. "Hanya karena referendum telah berlalu, tidak berarti bahwa segalanya akan membaik dalam waktu semalam," kata Direktur Intelijen Bisnis di PSA Philippines Conslutancy, Gregory Wyatt.
"Masih ada kelompok militan yang akan terus aktif dan menimbulkan ancaman keamanan," ucapnya. Sebelumnya, Presiden Fili[ina Rodrigo Duterte menempatkan Filipina selatan di bawah kekuasaan militer setelah kelompok pro-ISIS merebut kota Marawi di wilayah selatan pada Mei 2017. Sementara Jolo merupakan pulau terpencil adalah basis dari Abu Sayyaf, yang pernah menyerang feri du Teluk Manila pada 2004, menewaskan 116 orang.
0 komentar:
Posting Komentar