Kisah Penjual Keliling Kopiah Khas Bangka, Dibeli Bupati hingga Gubernur Tanpa Ditawar |
Warnanya merah kecokelatan. Berfungsi sebagai penutup kepala. Ada yang kaku, ada juga yang elastis. Itulah kopiah resam. Kopiah khas Bangka, Kepulauan Bangka Belitung yang terbuat dari serat pohon resam. "Sekilas orang menyangka ini dari plastik. Padahal tidak, ini murni dari serat kayu," kata pedagang keliling Kopiah Resam, Syamsudin (43)
Bapak satu anak ini menuturkan, kopiah resam merupakan produk asli Pulau Bangka. Keahlian membuat kopiah tersebut diwariskan secara turun temurun. Kopiah kualitas biasa dibutuhkan waktu dua sampai tiga hari untuk membuatnya. Sementara kopiah kualitas bagus yang elastis dan bisa dilipat membutuhkan waktu hampir satu bulan.
"Harganya tergantung kualitas tadi. Mulai Rp 50.000 sampai Rp 1,5 juta," kata Syamsudin. Pohon resam banyak tumbuh di daerah rawa. Pohonnya mirip pakis, namun batangnya lebih tinggi dan keras. Kulit pohon resam terdiri dari beberapa lapis. Serat bagian tengahnya diambil yang kemudian diraut. Untuk menghaluskannya digunakan kaleng yang telah dilubangi.Serat resam yang telah dihaluskan akan berbentuk benang atau nilon plastik. Kemudian dibentuk menjadi kopiah. Untuk pewarnaan serta pengawet menggunakan getah pohon. Masyarakat setempat menyebutnya sulur untuk getah warna putih dan lilit untuh getah berwarna kecokelatan.
Desain kopiah resam pun dibuat bervariasi. Ada yang berbentuk bulat, ada juga yang memanjang. Perajin juga bisa membuat kopiah sesuai bentuk yang diinginkan pembeli. Syamsudin mengaku telah berjualan kopiah resam selama hampir delapan tahun. Ia pertama kali menjadi perajin resam. Belakangan pembuatan kopiah resam lebih banyak dilakoni kaum ibu-ibu. "Sentra produksi di daerah Bangka Barat. Seperti Desa Kelapa, Kacung, Dendang, Payak Air Bulih dan Juruh," katanya. Dari berjualan kopiah resam, Syamsudin mengaku bisa membangun rumah serta membiayai kehidupan keluarganya. Ia memasarkan kopiah resam ke masjid-masjid, tempat pameran dan pusat keramaian.
Banyak pejabat yang menggunakan kopiah resam dan membeli tanpa menawar. Mulai dari pegawai biasa, kepala dinas, bupati hingga gubernur pernah membeli kopiah resam dari Syamsudin. "Pemkab Bangka Tengah bahkan pernah mewajibkan pegawai menggunakan kopiah resam setiap hari Jumat. Ini kan produk asli daerah," ucapnya.
Menurut Syamsudin, kopiah resam khas Bangka yang elastis menjadi pembeda dengan kopiah asal Gorontalo yang sedikit kaku karena terbuat dari serat rotan. Salah seorang pengguna kopiah resam, Tarmizi, mengatakan, kopiah resam terasa nyaman di kepala karena terbuat dari serat kayu. Selain itu, kopiah resam bisa tahan dan tidak mudah terkelupas. "Bagus. Dipakai untuk semua generasi cocok," ujar komisioner Komisi Informasi Daerah Bangka Belitung itu.
0 komentar:
Posting Komentar