BI Minta Bank Tak Naikkan Bunga Kredit |
Bank Indonesia (BI) menilai perbankan nasional tak perlu menaikkan tingkat suku bunga kredit dalam waktu dekat lantaran mereka masih terus menahan tingkat bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR). Tingkat suku bunga acuan dilakukan BI selama tiga bulan berturut-turut sejak terakhir kali menaikkannya ke posisi 6 persen pada November 2018 silam.Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bank sentral nasional tidak mengubah tingkat suku bunga acuan agar Indonesia tetap menarik bagi investor asing. Sebab, tingkat bunga acuan saat ini membuat imbal hasil (yield) surat utang Indonesia masih cukup tinggi.
Suku bunga tersebut diyakini bisa membuat aliran modal asing masuk (capital inflow). Modal tersebut diharapkan bisa menambah sumber dana atau likuiditas bagi perbankan dan korporasi.
Likuiditas yang cukup, sambungnya, membuat bank akan tetap bisa memenuhi kebutuhan dana untuk menyalurkan kredit tanpa harus menaikkan bunga kredit.Meski dari sisi bunga simpanan atau deposito sudah dinaikkan lebih dulu dan cukup tinggi oleh kebanyakan perbankan. "Tapi dengan penambahan likuiditas di perbankan, perbankan tidak harus menaikkan suku bunga kredit dan juga bisa mendorong pertumbuhan kredit perbankan," ujarnya di Kompleks Gedung BI, Kamis (21/2).
Selain itu, katanya, tingkat bunga acuan juga tidak dinaikkan agar bank tidak terdorong untuk kembali mengerek bunga kredit. Sebab, kenaikan bunga kredit bisa mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Sementara BI ingin momentum pertumbuhan ekonomi terus terjaga."Jadi dari jalur suku bunga, kuantitasnya kami kendorkan," imbuhnya.
Di sisi lain, BI memandang bank tak perlu menaikkan tingkat bunga kredit karena bank sentral nasional tengah meramu kebijakan makroprudensial baru. Sayang, Perry masih enggan mengungkap seperti apa kebijakan tersebut."Ini sudah kajian, bukan di awang-awang, tapi sudah konkrit. Artinya, time frame tidak akan lama-lama, tapi sesuatu yang sudah di-forward guidance-kan sekarang. Bentuknya apa? Tunggu tanggal mainnya," katanya.
Dari keseluruhan perhitungan tersebut, BI memperkirakan pertumbuhan kredit bank akan mencapai kisaran 10-12 persen pada tahun ini. Target tersebut tidak berbeda dari tahun lalu. Sementara realisasi pertumbuhan kredit sebesar 11,75 persen pada tahun lalu. Sedangkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 6,5 persen pada tahun yang sama.
Suku bunga tersebut diyakini bisa membuat aliran modal asing masuk (capital inflow). Modal tersebut diharapkan bisa menambah sumber dana atau likuiditas bagi perbankan dan korporasi.
Likuiditas yang cukup, sambungnya, membuat bank akan tetap bisa memenuhi kebutuhan dana untuk menyalurkan kredit tanpa harus menaikkan bunga kredit.Meski dari sisi bunga simpanan atau deposito sudah dinaikkan lebih dulu dan cukup tinggi oleh kebanyakan perbankan. "Tapi dengan penambahan likuiditas di perbankan, perbankan tidak harus menaikkan suku bunga kredit dan juga bisa mendorong pertumbuhan kredit perbankan," ujarnya di Kompleks Gedung BI, Kamis (21/2).
Selain itu, katanya, tingkat bunga acuan juga tidak dinaikkan agar bank tidak terdorong untuk kembali mengerek bunga kredit. Sebab, kenaikan bunga kredit bisa mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Sementara BI ingin momentum pertumbuhan ekonomi terus terjaga."Jadi dari jalur suku bunga, kuantitasnya kami kendorkan," imbuhnya.
Di sisi lain, BI memandang bank tak perlu menaikkan tingkat bunga kredit karena bank sentral nasional tengah meramu kebijakan makroprudensial baru. Sayang, Perry masih enggan mengungkap seperti apa kebijakan tersebut."Ini sudah kajian, bukan di awang-awang, tapi sudah konkrit. Artinya, time frame tidak akan lama-lama, tapi sesuatu yang sudah di-forward guidance-kan sekarang. Bentuknya apa? Tunggu tanggal mainnya," katanya.
Dari keseluruhan perhitungan tersebut, BI memperkirakan pertumbuhan kredit bank akan mencapai kisaran 10-12 persen pada tahun ini. Target tersebut tidak berbeda dari tahun lalu. Sementara realisasi pertumbuhan kredit sebesar 11,75 persen pada tahun lalu. Sedangkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 6,5 persen pada tahun yang sama.
0 komentar:
Posting Komentar