Minggu, 20 Januari 2019

Debat Capres Perdana soal HAM Dinilai Terlalu Retoris

Debat Capres Perdana soal HAM Dinilai Terlalu Retoris
Pemaparan kedua paslon Pilpres 2019, Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, mengenai hak asasi manusia dalam debat capres perdana dinilai terlalu permukaan dan retorika semata. Keduanya dianggap tak memiliki sensibilitas terhadap prinsip-prinsip dasar HAM.

"Dua-duanya punya retorika HAM, tapi tidak memiliki sensibilitas terhadap prinsip-prinsip dasarnya," ujar sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Robestus Robet, dalam diskusi publik di Tjikini Lima, Jakarta, Minggu (20/1).

Alih-alih menyimpan paradigma yang baik terhadap HAM, semua kandidat, dinilai Robert, justru terjebak dalam sudut pandang komuterianisme. Nama terakhir ini merupakan salah satu perspektif politik yang menekankan nilai etis dan psikologi sosial dari anggota komunitas. Dengan kata lain, keduanya dinilai membawa kepentingan kelompoknya masing-masing. Pandangan ini dinilai berbahaya bagi HAM lantaran sifatnya yang memusuhi hak-hak individu.

"Jadi, kalau pun ada semacam adaptasi penerimaan tentang HAM, ya tadi itu, penerimaannya bersifat permukaan," kata Robet.

Padahal, kultur HAM di Indonesia sendiri pun dinilai masih kurang. Robert mengatakan, penyebabnya tak lain adalah inkonsistensi masyarakat terhadap HAM.
Robert mengatakan, paslon yang membawa perubahan iklim HAM di Indonesia adalah mereka yang berani mengubahnya.

"Kalau ada calon yang berani melakukan, misalnya moratorium hukuman mati dan mau menyelesaikan kasus HAM masa lalu, saya dukung habis-habisan, gratis," kata Robert.

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.